Teknologi

Senyum Haru para Penerima Manfaat

GURATAN senyum haru tergambar di wajah Napsiyah, warga Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo, Purworejo, Jawa Tengah. Selama hidup puluhan tahun, nenek berusia 66 tahun ini akhirnya merasakan memiliki listrik sendiri dari program bantuan pasang baru listrik (BPBL).

“Selama ini saya menyalur dari rumah bapak saya. Sekarang saya tidak perlu menyalur lagi. Terima kasih Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) dan PLN,” ujar Napsiyah, di kediamannya, baru-baru ini.

Napsiyah bercerita dulu saat masih bekerja sebagai buruh tani, ia hanya menerima upah sebesar Rp3.000 per hari. Uang itu selalu ditabung untuk membantu membayar listrik dan mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal itu dilakukan karena Napsiyah hidup sebatang kara.

Program BPBL yang digulirkan Kementerian ESDM memang dihadirkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kemandirian masyarakat. Menyasar masyarakat tidak mampu, program itu diharapkan dapat menunjang aktivitas sehari-hari rakyat Indonesia, termasuk membantu perekonomian dengan mengembangkan usaha dan sebagainya. Sebagai salah satu kebutuhan dasar, bantuan penyediaan listrik sangat didambakan masyarakat terutama kelas ekonomi bawah.

Selain dialami Napsiyah, senyum haru juga terlihat pada raut muka Syamsudin, 72, warga Desa Tanjung Bungo, Kecamatan Kampa, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, saat menerima bantuan pemasangan listrik gratis. Setelah bertahun-tahun berpisah dengan istrinya, Syamsudin tinggal sendirian di gubuk kecil dengan penerangan seadanya.

Sebelum menerima bantuan, rumahnya menyalur listrik dari kantor kepala desa yang letaknya tak jauh. “Alhamdulillah dapat bantuan pasang listrik gratis dari pemerintah. Biasanya minta listrik dari kelurahan, sekarang punya sendiri,” ujar Syamsudin, beberapa waktu lalu.

Ia menuturkan sudah beberapa tahun ini kondisi kesehatannya semakin menurun sehingga tidak memungkinkan bisa mencari nafkah seperti dulu. Nasibnya kini bergantung pada upahnya sebagai penjaga kantor desa.

Nasib serupa dialami Asrul, pria 30 tahun yang tinggal tak jauh dari kediaman Syamsudin. Ia mengaku sejak rumahnya dibangun, listriknya menyalur dari kantor desa. Dalam satu bulan, Asrul harus menyisihkan uang sebesar Rp100 ribu untuk membayar listrik ke kantor kelurahan tersebut. “Bersyukur dapat bantuan pasang listrik gratis, jadi bisa mengontrol pemakaian listrik sendiri,” pungkas Asrul.

Syamsudin dan Asrul merupakan dua dari 80.183 penerima BPBL di seluruh Indonesia pada 2022. Program Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan ini mendapat dukungan Komisi VII DPR RI.

Berdampak positif

Dalam acara Peresmian dan Penyalaan Pertama BPBL di Provinsi Riau, beberapa waktu lalu, anggota Komisi VII DPR RI Nurzahedi mengungkapkan program BPBL adalah upaya pemerintah memastikan masyarakat mendapatkan listrik sehingga berdampak positif pada berbagai bidang.

“Seperti bidang pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa, bidang perekonomian buat bisa memajukan perekonomian masyarakat, dan bidang sosial guna memberikan rasa aman dan nyaman,” ujarnya.

Anggota Komisi VII DPR RI Abdul Kadir Karding menambahkan pemerintah melalui Kementerian ESDM dan PLN mempunyai cita-cita tidak ada rumah tangga yang tidak punya listrik. Ia mengatakan listrik sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat, selain berfungsi sebagai penerangan, juga sebagai energi dalam mengembangkan segala usaha dan aktivitas sehari-hari. “Itu adalah tugas negara. Negara harus hadir memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu listrik,” tegas Karding. (S-2)

GURATAN senyum haru tergambar di wajah Napsiyah, warga Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo, Purworejo, Jawa Tengah. Selama hidup puluhan tahun, nenek berusia 66 tahun ini akhirnya merasakan memiliki listrik sendiri dari program bantuan pasang baru listrik (BPBL).

“Selama ini saya menyalur dari rumah bapak saya. Sekarang saya tidak perlu menyalur lagi. Terima kasih Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) dan PLN,” ujar Napsiyah, di kediamannya, baru-baru ini.

Napsiyah bercerita dulu saat masih bekerja sebagai buruh tani, ia hanya menerima upah sebesar Rp3.000 per hari. Uang itu selalu ditabung untuk membantu membayar listrik dan mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal itu dilakukan karena Napsiyah hidup sebatang kara.

Program BPBL yang digulirkan Kementerian ESDM memang dihadirkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kemandirian masyarakat. Menyasar masyarakat tidak mampu, program itu diharapkan dapat menunjang aktivitas sehari-hari rakyat Indonesia, termasuk membantu perekonomian dengan mengembangkan usaha dan sebagainya. Sebagai salah satu kebutuhan dasar, bantuan penyediaan listrik sangat didambakan masyarakat terutama kelas ekonomi bawah. 

Selain dialami Napsiyah, senyum haru juga terlihat pada raut muka Syamsudin, 72, warga Desa Tanjung Bungo, Kecamatan Kampa, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, saat menerima bantuan pemasangan listrik gratis. Setelah bertahun-tahun berpisah dengan istrinya, Syamsudin tinggal sendirian di gubuk kecil dengan penerangan seadanya. 

Sebelum menerima bantuan, rumahnya menyalur listrik dari kantor kepala desa yang letaknya tak jauh. “Alhamdulillah dapat bantuan pasang listrik gratis dari pemerintah. Biasanya minta listrik dari kelurahan, sekarang punya sendiri,” ujar Syamsudin, beberapa waktu lalu.

Ia menuturkan sudah beberapa tahun ini kondisi kesehatannya semakin menurun sehingga tidak memungkinkan bisa mencari nafkah seperti dulu. Nasibnya kini bergantung pada upahnya sebagai penjaga kantor desa.

Nasib serupa dialami Asrul, pria 30 tahun yang tinggal tak jauh dari kediaman Syamsudin. Ia mengaku sejak rumahnya dibangun, listriknya menyalur dari kantor desa. Dalam satu bulan, Asrul harus menyisihkan uang sebesar Rp100 ribu untuk membayar listrik ke kantor kelurahan tersebut. “Bersyukur dapat bantuan pasang listrik gratis, jadi bisa mengontrol pemakaian listrik sendiri,” pungkas Asrul.

Syamsudin dan Asrul merupakan dua dari 80.183 penerima BPBL di seluruh Indonesia pada 2022. Program Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan ini mendapat dukungan Komisi VII DPR RI.

Berdampak positif

Dalam acara Peresmian dan Penyalaan Pertama BPBL di Provinsi Riau, beberapa waktu lalu, anggota Komisi VII DPR RI Nurzahedi mengungkapkan program BPBL adalah upaya pemerintah memastikan masyarakat mendapatkan listrik sehingga berdampak positif pada berbagai bidang.

“Seperti bidang pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa, bidang perekonomian buat bisa memajukan perekonomian masyarakat, dan bidang sosial guna memberikan rasa aman dan nyaman,” ujarnya.

Anggota Komisi VII DPR RI Abdul Kadir Karding menambahkan pemerintah melalui Kementerian ESDM dan PLN mempunyai cita-cita tidak ada rumah tangga yang tidak punya listrik. Ia mengatakan listrik sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat, selain berfungsi sebagai penerangan, juga sebagai energi dalam mengembangkan segala usaha dan aktivitas sehari-hari. “Itu adalah tugas negara. Negara harus hadir memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu listrik,” tegas Karding. (S-2)




Source link

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button