Gaya Hidup

Mitos dan fakta yang perlu di ketahui tentang donor darah


Jakarta (ANTARA) –

Bulan Januari diperingati sebagai Bulan Donor Darah Nasional di Amerika Serikat, untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya donor darah.

 

Menurut Palang Merah Amerika, yang ditulis laman Medical Daily, Jumat (12/1), jumlah orang yang mendonorkan darah melalui organisasi nirlaba telah menurun sekitar 40 persen dalam 20 tahun terakhir. Selain penurunan donasi secara keseluruhan, terhentinya proses donor darah antara Natal dan Tahun Baru telah menyebabkan kekurangan sekitar 7.000 unit.

 

 

Direktur Bank Darah dan Pengobatan Transfusi di Rumah Sakit Bellevue-Universitas New York Dr. Jessica Jacobson mengatakan mitos yang banyak ditemukan adalah mendonor darah membuat sakit dan pendonor bisa tertular infeksi. Faktanya, orang sehat yang mendonorkan darahnya tidak akan menjadi kurang sehat setelahnya, dan tidak ada risiko tertular infeksi melalui donasi.

 

“Donor darah sangat aman. Setiap pendonor diberikan peralatan steril sekali pakai. Seorang pendonor tidak terkena darah orang lain,” kata Jacobson.

Jacobson juga mengatakan 95 persen lebih pendonor tidak mengalami efek samping. Sebagian besar efek samping, jika terjadi, adalah ringan dan termasuk memar, merasa ingin pingsan, dan iritasi saraf.

Kurang dari 0,1 persen pendonor darah mengalami reaksi donor darah signifikan yang memerlukan perawatan medis, menurut Jacobson.

Baca juga: Kadar Hb normal hingga dilarang begadang jadi syarat bisa donor darah

 

Mitos kedua, jika sedang menjalani pengobatan apa pun, seseorang tidak dapat mendonorkan darah.

 

Namun faktanya, orang dengan masalah kolesterol dan tekanan darah tinggi biasanya memenuhi syarat untuk mendonorkan darahnya. Selain itu, obat-obatan yang diresepkan untuk kondisi ini umumnya tidak mendiskualifikasi seseorang untuk berpartisipasi dalam donor darah.

 

Meskipun sebagian besar pengobatan tidak membuat seseorang tidak memenuhi syarat untuk mendonor darah, pengobatan tertentu mungkin mendiskualifikasi beberapa individu untuk berpartisipasi dalam proses tersebut.

 

“Donor darah alogenik harus aman bagi pendonor dan penerimanya. FDA melarang orang yang memakai obat tertentu untuk mendonorkan darahnya untuk melindungi penerimanya. Orang yang memakai obat untuk mencegah atau mengobati infeksi HIV tidak memenuhi syarat untuk mendonorkan darah alogenik,” kata Jacobson menjelaskan.

 

 

Mitos terakhir adalah mendonorkan darah menghabiskan persediaan darah seseorang

 

Faktanya, rata-rata orang dewasa memiliki sekitar 10,5 liter darah di tubuhnya, dan hanya sekitar satu liter darah yang dikumpulkan selama sesi donor darah. Volume darah terisi kembali dan kembali normal dalam waktu 24 jam.

 

Darah utuh dapat didonorkan sekali dalam delapan minggu, sedangkan trombosit dapat disumbangkan dua kali dalam tujuh hari atau hingga 24 kali dalam 12 bulan.

 

“Seseorang dapat mendonorkan darah utuh setiap 56 hari sekali. Karena sel darah merah biasanya bertahan selama sekitar 120 hari, tubuh Anda terus membuat sel darah merah baru. Setiap hari tubuh Anda menghasilkan sekitar 10 persen trombosit. Faktor pembekuan sel darah putih dan protein lain dalam plasma juga terus dibuat dan diganti,” kata Jacobson.

 

Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024


Source link

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button