Teknologi

Konflik Dengan China Mendorong Taiwan Membangun Jaringan Satelit Sendiri

Selular.ID – Di tengah ketegangan yang terus-menerus dengan China, Taiwan terus maju dengan rencana yang terbilang ambisius. Membangun jaringan satelit yang dikembangkan sendiri.

Dalam wawancara eksklusif dengan CNN, Wu Jong-shinn, Direktur Jenderal Badan Antariksa Taiwan (TASA), mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini sedang dalam tahap percobaan pembuatan satelit komunikasi dalam negeri.

Setelah beroperasi, sistem ini diproyeksikan meniru fungsi konstelasi satelit Starlink, meskipun dalam skala yang lebih kecil.

Seperti diketahui, Starlink yang dikelola oleh SpaceX, perusahaan induk yang didirikan Elon Musk pada 2002, telah mendapat perhatian dan pengakuan internasional,  karena kemampuannya menyediakan akses internet ke daerah-daerah terpencil di seluruh dunia.

Sejatinya Taiwan telah berusaha menjadikan Starlink sebagai mitra, namun upaya itu terkendala persoalan hukum.

Pasalnya, desakan SpaceX terhadap kepemilikan mayoritas dalam usaha patungan yang diusulkan, bertentangan dengan peraturan Taiwan.

Baca Juga: Internet Satelit Belum Tentu Lebih Cepat dari Internet Broadband

Karena tak menemukan kata sepakat, mendorong Taiwan untuk mengejar solusi teknologi yang dikembangkan sendiri.

“Satelit komunikasi sangat penting bagi ketahanan komunikasi kita selama masa-masa mendesak,” kata Wu, menyebutnya sebagai proyek paling sensitif dari lembaganya.

“Itu sangat penting bagi kami, jadi kami menanggapinya dengan sangat serius”, tambah Wu, yang telah memimpin inisiatif luar angkasa Taiwan sejak 2021.

Dengan klaim Beijing yang terus-menerus atas Taiwan dan ancaman tindakan militer, kebutuhan akan infrastruktur komunikasi otonom menjadi hal yang sangat penting.

Saat ini, Taiwan bergantung pada 15 kabel internet bawah laut untuk konektivitas, sebuah sistem yang rentan terhadap gangguan, seperti yang ditunjukkan oleh insiden tahun lalu ketika pulau-pulau terpencil terputus dari internet selama berminggu-minggu karena kerusakan kabel.

Para ahli telah memperingatkan bahwa sabotase yang disengaja oleh Beijing dapat memicu kepanikan yang meluas dan gangguan komunikasi reguler.

Untuk mengatasi kerentanan ini, Taiwan mengumumkan rencana pengembangan dua satelit komunikasi, yang pertama dijadwalkan diluncurkan pada 2026.

Meski demikian, para ahli berpendapat bahwa ratusan satelit diperlukan untuk memastikan akses internet cadangan tidak terputus.

Brad Tucker, ahli astrofisika di Australian National University, memperkirakan bahwa setidaknya 50 satelit akan dibutuhkan untuk cakupan darurat yang “cukup layak”, yang menggarisbawahi skala upaya tersebut.

Di sisi lain, Su Tzu-yun, Direktur Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan, mengakui tantangan untuk mencapai jangkauan internet yang komprehensif dengan jumlah satelit dalam negeri yang terbatas.

Namun demikian, ia menekankan nilai strategis dari upaya Taiwan memasuki industri luar angkasa. Hal itu memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam komunikasi militer dan memperkuat kehebatan teknologi negara kepulauan tersebut.

Alih-alih menggandeng Starlink, untuk sementara, Taiwan berencana berkolaborasi dengan penyedia satelit internasional seperti OneWeb guna memastikan konektivitas cadangan selama keadaan darurat.

Upaya untuk meningkatkan ketahanan komunikasi mencakup pembangunan 700 hot spot di seluruh pulau pada akhir 2024, yang memfasilitasi komunikasi satelit selama krisis.

Gempa berkekuatan 7,4 SR yang melanda Taiwan timur baru-baru ini menggarisbawahi pentingnya tindakan tersebut, karena pihak berwenang berhasil memanfaatkan OneWeb untuk menyediakan akses internet darurat untuk operasi penyelamatan.

Ke depan, ambisi luar angkasa Taiwan tampaknya lebih dari sekadar satelit komunikasi, baik untuk memutus ketergantungan terhadap China maupun upaya mitigasi pasca bencana, seperti gempa bumi yang kerap mengintai.

Pengumuman Presiden Tsai Ing-wen baru-baru ini, mengenai investasi besar dalam program luar angkasa Taiwan, mencerminkan strategi yang lebih luas untuk memanfaatkan keahlian teknologi Taiwan, khususnya di bidang manufaktur semikonduktor, untuk usaha yang berhubungan dengan ruang angkasa.

Wu menyoroti posisi Taiwan yang menguntungkan sebagai pemimpin dalam chip semikonduktor canggih, mengutip kehebatan perusahaan lokal seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).

Memanfaatkan keahlian dalam teknologi informasi dan mesin presisi, Taiwan bertujuan untuk mengukir ceruk tersendiri dalam industri luar angkasa global.

Untuk mempercepat kemajuan, badan antariksa Taiwan sedang mengembangkan kendaraan peluncuran untuk menyebarkan satelit ke orbit rendah Bumi, yang bertujuan untuk peluncuran awal pada 2030.

Meski menemui banyak hambatan, Wu menyatakan keyakinannya pada kemampuan Taiwan sejajar dengan China, menegaskan kesiapan untuk melakukan upaya luar angkasa dengan lebih tegas.

Baca Juga: Ini Nasib Satelit Satria dan BTS 4G BAKTI Jika Starlink Masuk Indonesia

Halaman Selanjutnya..


Source link

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button