Ekonomi

Kisah Inspiratif Para Ibu di Kupang Bawa Cinta Nusantara Terus Berkembang Bersama BRI

Suara.com – KKN di Kupang, membuat mata Annisa Nur Aini terbuka dengan potensi di tengah kenyataan yang menyedihkan. Ia menggambarkan potensi yang ada di tengah keterbatasan akses para perajin tenun di wilayah tersebut sebagai semacam permata yang tersembunyi.

“Saat saya masih mahasiswa di UNS, ketika menjalani KKN di Kupang, saya menyaksikan para perajin, terutama para mama, yang gigih menciptakan berbagai karya seni dari tenun tradisional. Namun, sayangnya, karya-karya mereka kurang mendapatkan apresiasi yang seharusnya karena minimnya upaya pemasaran,” ungkap Nisa, dalam percakapannya dengan Suara.com pada akhir November yang lalu.

Ditekan oleh krisis ekonomi dan minimnya pendapatan dari penjualan tenun tradisional warisan nenek moyang, para mama tersebut terpaksa meninggalkan keluarga mereka dan menjelma menjadi pekerja migran atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

“Sebagai TKW, mereka terpaksa meninggalkan buah hati mereka. Mereka, dengan terpaksa, harus menitipkan anak-anaknya ke pangkuan nenek atau kerabat dekat mereka,” terang Nisa.

Nisa menyoroti bahwa keberadaan seorang ibu memiliki peran penting yang setara dengan fase emas dalam perkembangan seorang anak. Seperti permata yang berharga, periode ini menjadi rentang usia yang sangat signifikan bagi pertumbuhan anak. Pendidikan dan perhatian selama masa emas tersebut menjadi penentu utama untuk tahapan perkembangan anak selanjutnya, yang berlangsung mulai dari usia 0 hingga 6 tahun.

Dengan semangat luar biasa untuk memberikan dukungan kepada para ibu dan keluarga mereka, Nisa menggebrak dengan mendirikan Cinta Nusantara, sebuah wadah kreativitas yang tak hanya menjadi benteng bagi para ibu di Kupang, melainkan menjadi obor penerang yang mampu memberikan penghasilan yang luar biasa. Visinya adalah jikalau pada para ibu tidak lagi terpaksa berpisah dari keluarga mereka demi sekadar meraih keuntungan finansial.

“Tidak hanya memberdayakan di Kupang, ketika saya kembali ke Jogja pada masa pandemi COVID-19 kemarin, saya menyaksikan banyak orang kesulitan ekonomi,” ungkapnya.

Nisa kemudian menjadikan Cinta Nusantara sebagai lebih dari sekadar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berfokus pada keuntungan belaka. Ia menjadikan wadahnya sebagai media penunjang bagi para pelaku UMKM lokal.

Seperti matahari yang menjelajahi cakrawala, pemasaran dari Cinta Nusantara kini tidak lagi terpaku pada wilayah dalam negeri saja. Bahkan, mereka tengah berupaya keras untuk menggenggam peluang di pasar internasional dengan melakukan penyesuaian standar yang optimal.

Para mama asal Kupang tengah membuat tenun tradisional untuk dipasarkan Cinta Nusantara [Suara/Hadi-Ist/Cinta Nusantara]
Para mama asal Kupang tengah membuat tenun tradisional untuk dipasarkan Cinta Nusantara [Suara/Hadi-Ist/Cinta Nusantara]

Sebagai seorang mahasiswi dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Nisa menegaskan bahwa fokus utama Cinta Nusantara hingga saat ini adalah mengulurkan tangan untuk mendukung pemasaran bagi pelaku usaha yang beroperasi dalam skala mikro dan kecil. Ia melakukan hal ini dengan penuh kesadaran, menyadari bahwa banyak pelaku usaha yang memiliki potensi luar biasa, namun terhambat oleh kendala pemasaran dan promosi.

“Hingga kini, kami terus berupaya menggaet produk karya para ibu di Kupang. Sayangnya, mengingat terbatasnya sumber daya finansial, kami berupaya semaksimal mungkin untuk mengirimkan produk saat ada pesanan, sehingga biaya pengiriman dari Kupang dapat ditekan,” ujarnya.

Merintis perjalanan sejak tahun 2021, Nisa berharap Cinta Nusantara dapat terus tumbuh dan berkembang, meraih keuntungan yang cukup untuk mengakhiri ketergantungan pada sponsor demi membantu para pelaku usaha lokal.

“(Cinta Nusantara) ke depan tidak hanya terbatas pada aspek bisnis semata. Saya berharap kita dapat memberikan dukungan pada berbagai sektor, termasuk memperbaiki ketersediaan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan dasar di sana (Flores -red),” ujarnya.

Kesempatan Datang

Cinta Nusantara tampaknya akan segera memasuki fase perkembangan yang lebih tinggi, seperti bayangan waktu yang mendekati. Hal ini karena usaha yang dimiliki oleh Nisa telah menarik perhatian desainer muda terkenal, Lanny Amborowati, untuk menjalin kolaborasi.

Lanny Amborowati, yang terkenal dengan inisiatif kreatifnya, secara rutin menggelar acara untuk memamerkan karya seninya di lokasi-lokasi yang tak lazim. Ia juga merupakan salah satu desainer yang turut hadir dalam Festival Indonesia Night di Korea Selatan pada tahun 2019.

Terinspirasi oleh tokoh-tokoh inspiratif seperti Lanny, semangat untuk berkembang menjadi alasan bagi Nisa untuk bergabung sebagai peserta BRIncubator 2022 dan BRILianpeneur 2023.

“Kami baru bergabung BRILianpreneur tahun ini. Saya berharap, dengan materi yang sangat bermanfaat dan dukungan dari mentor-mentor yang sangat berpengalaman, kami dapat mengoptimalkan kesempatan ini sebaik mungkin,” ungkap Nisa.

Lebih jauh, ia berharap senantiasa mendapatkan akses informasi untuk berbagai pameran UMKM persembahan dari BRI.

“Kami berharap bisa turut serta hadir,” tambahnya sambil tersenyum penuh semangat.

Cinta Nusantara, diakui oleh Nisa, terus dihantam berbaga kendala selama ini, mulai dari keterbatasan sumber daya keuangan hingga sulitnya menemukan perajin yang dapat berkolaborasi dengan pelaku usaha lainnya. Namun demikian, Nisa menegaskan, dirinya tidak akan berhenti dan memilih untuk terus menunjukkan bukti bahwa usaha yang ia rawat sejak nol itu tidak hanya mampu mandiri melainkan juga membantu banyak orang.

“Semoga Cinta Nusantara tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional. Dengan demikian, kemampuan kami untuk mendukung pelaku usaha lokal dapat semakin meluas,” ujarnya.


Source link

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button