Hiburan

Perjalanan Ary Juliyant “Ziarah Himalaya Rinjani”


Semoga program ini memungkinkan terwujud

Mataram (ANTARA) – “Ziarah Himalaya Rinjani”, sebuah judul yang mungkin membuat Anda bertanya-tanya tentang apa hubungan Pegunungan Himalaya di Nepal dengan Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Baik Himalaya maupun Rinjani memiliki makna tersendiri bagi orang-orang di sekitarnya. Himalaya dengan Gunung Everest-nya yang lebih dikenal dengan “Sagarmatha (kepala langit) bagi orang Nepal atau “Chomolangma” bagi orang Tibet yang artinya “Bunda Semesta”, sedangkan Rinjani memiliki sebutan lain sebagai Ibunda Semesta tempat bersemayamnya “Dewi Anjani”.

Tapi “Ziarah Himalaya Rinjani” bukan lah secara khusus soal pergunungan. Ini adalah sebuah perjalanan dari musisi balada asal Pulau Lombok Ary Juliyant yang akan melakoni “Tour Gerilya Asia”. Menelusuri negeri India, Nepal, Bhutan, Thailand, Malaysia, dan Singapura pada September hingga Oktober 2023 mendatang.

Ary Juliyant yang akrab dipanggil dengan Kang Arjul ini tidak seorang diri. Dirinya bekerja sama dengan Rizal Hadi selaku pemilik label Tropical Folk Ubud Bali serta Rahadyan Shalat atau Kang Oseng dari Room Project serta didukung oleh DR. Tresnady Asrie pakar tentang wilayah Hindustan.

Baca juga: Ary Juliyant tampil beda saat bawakan “Overhang” di Napak Tilas Perupa

“Semoga program ini memungkinkan terwujud. Amin,” kata Ary Juliyant.

Uniknya dalam perjalanan tersebut, dirinya akan membacakan puisi, tulisan, curhat atau pesan atau menyanyikannya pada sesi “Ritual Tanam Puisi” di tengah rangkaian Tour Gerilya Asia.

Bahan dari sesi Ritual Tanam Puisi tersebut dari hasil perjalanan dirinya lewat “The Troubadour’s Trail 2023” berupa silaturahmi antar gunung di 5 kota di Indonesia, yakni, Yogyakarta, Solo dan Salatiga.

“Pada akhirnya yang menyambungkan kisah Silaturahmi Antar Gunung di sepanjang rangkaitan 5 kota, adalah kabar awal yang saya sampaikan kepada teman-teman perihal tawaran bagi yang tertarik menitipkan kepada saya berupa puisi, tulisan, curhat atau pesan apapun yang nantinya akan saya bacakan ataupun nyanyikan pada sesi Tour Gerilya Asia,” paparnya.

Sequel rangkaian perjalanan The Troubadour’s Trail 2023 sebagai lanjutan dari rangkaian sebelumnya sejak masa Ramadhan kemarin yang telah menyelesaikan 8 titik singgah di Pulau Lombok, tampaknya dalam rangkaian kedua yang dimulai pada tanggal 1 Juli 2023 di Perayaan Doa-nya Sabana Tak Bertepi (Yogyakarta),

Disebutkan, perjalanan setelah meninggalkan Sabana Tak Bertepi ditemani Kikind, seorang penyanyi Musikalisasi Puisi berbakat asal Ponorogo, yang tengah berkuliah di Kota Gudeg sehingga menepikan bertemu sahabat lama, Mas Jepri Ristiono yang tengah sibuk selenggarakan acara “Yakopan” di Bentara Budaya.

Baca juga: Ary Juliyant bersama tembang baladanya di album “Pasca Fatamorgana”

“Adalah pintu berangkat menuju titik berikutnya di Kota Solo. Tepatnya di Kampus Etnomusikologi ISI Solo yang begitu hangat menyambut saya,” katanya.

Sungguh luar biasa, kata dia, ketika saat di Solo ini dihadiri pula oleh Kang Ucrit, mas Erie Setiawan yang baru saja menyusun buku Ensiklopedia Keroncong. Seta ada sahabat lama di Etno ISI Solo seperti Mas Aris yang sudah menjadi Kepala Jurusan juga teman-teman lainnya.

Termasuk Dee BIAP Lombok, Aas A’a, Adis dkk dari Lokananta Solo yang luar biasa, katanya.

Apalagi ketika juga dihadirkannya penyanyi balada seperti Yusuf 7 Beni, Kelompok Cantigi yang juga adalah teman-teman dari para pemusik balada asal Jawa Tengah lainnya yang sempat hadir di perayaan Sabana Tak Bertepi.

Silaturahmi antargunung

Istilah silaturahmi antargunung versi Ary Juliyant ini sudah dimulai pada 2013 ketika terlaksananya Tour Gerilya Eropa berjudul “Tambora Pirenia” bersama Vinny Soemantri dan Ine Arini di Belanda, Belgia, Perancis dan ujung Spanyol di Pegunungan Purba Pirenia.

Pada waktu itu juga pertama kalinya dilakukan sesi ritual tanam puisi, katanya.

Menurut dia, sejak erupsi Gunung Merapi beberapa tahun yang lalu, ide menulis lagu yang menyangkut peristiwa ini bagi saya sangatlah tidak mudah, sebab latar belakang saya merasa penting untuk menemukan konteks keberangkatan sebuah kisah.

Baca juga: Ary Juliyant & The Badjigur Bluegrass rilis “Sevenium Pre Milenium”

Hingga akhirnya pada beberapa tahun di masa awal terjadinya pandemi-lah saatnya ditemukan titik mula “Ketika Aku Menjadi Merapi” yakni dari kabar duka tentang Mbak Maridjan yang meninggal di kediamannya saat erupsi gunung tersebut.

Ary Juliyant yang terkenal juga sebagai pengusung genre “bluegrass” di tanah air melalui grup musiknya Ary Juliyant & The Badjigur Bluegrass, terkenal dengan sarat lagu tentang alam. Hal tersebut tidak terlepas dari latar belakang dirinya saat masih muda, pernah berkegiatan di Mahasiswa Pecinta Kelestarian (Mapak) Alam Universitas Pasundan (Unpas) Bandung.

Mengenal Bluegrass

Nah menarik untuk mengenal genre bluegrass, sekilas memang mirip musik country yang diusung dari western Negeri Paman Sam. Hal itu tak terlepas dengan alat musik banjo-nya.

Disebutkan bahwa sumber aliran musik itu yakni tradisional Inggris, Skotlandia, Irlandia, musik Appalachia, musik Old-Time, Musik Afrika-Amerika, string band, dan blue jazz.

Memang wajar saat imigran Inggris dan Irlandia tiba di Amerika Serikat mereka membawa seni dan budaya dari negeri leluhurnya itu. Seperti musik tradisional dan mereka tinggal di daerah Applachia pada abad ke-18.

Appalachia sendiri istilah yang digunakan untuk menyebut kawasan budaya Amerika Serikat Timur yang membentang dari Southern Tier di negara bagian New York hingga wilayah utara Alabama, Mississippi, dan Georgia.

Baca juga: Ary Juliyant bersama “Cintamu Cintaku”

Sementara Pegunungan Appalachia membentang dari Belle Isle di Kanada hingga Pegunungan Cheaha di negara bagian Alabama, Amerika Serikat, wilayah budaya Appalachia hanya merujuk pada pegunungan bagian tengah dan selatan.

Alat musik yang biasa digunakan fiddle, banjo, mandolin, gitar akustik, dobro, double bass. Sedangkan subgenrenya, bluegrass progresif dan bluegrass internasional.

Tradisi tersebut biasanya terdiri dari balada Inggris dan Skotlandia—yang tak secara khas disertai naratif dan musik tari, seperti tari “reel” asal Irlandia yang disertai dengan sebuah gesekan.

Beberapa lagu bluegrass lama datang langsung dari Kepulauan Britania. Beberapa balada bluegrass Appalachia, seperti “Pretty Saro”, “Cuckoo Bird” dan “House Carpenter”, datang dari Inggris dan menyajikan tradisi balada Inggris dalam hal melodi dan lirik.

Yang lainnya, seperti The Two Sisters, juga datang dari Inggris, namun, liriknya tentang Irlandia. Beberapa lagu gesekan bluegrass yang populer di Appalachia, seperti “Leather Britches”, dan “Pretty Polly”, memiliki turunan Skotlandia.

Nada tari Cumberland Gap datang dari nada yang disertai balada Skotlandia Bonnie George Campbell. Lagu lainnya memiliki nama berbeda di tempat berbeda contohnya di Inggris, terdapat sebuah ballad lama yang dikenal sebagai “A Brisk Young Sailor Courted Me”, tetapi lagu yang sama dalam bluegrass Amerika Utara dikenal sebagai “I Wish My Baby Was Born”.

Baca juga: Ary Juliyant & Bluegrass hipnotis pengunjung Festival Kali Jangkuk

Baca juga: Menyimak “nyeleneh”-nya diksi bait lagu musisi Bandung

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2023


Source link

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button