Gaya Hidup

GoFood bagikan lima kisah perjuangan dari pelaku UMKM kuliner di Solo


Jakarta (ANTARA) – Di tengah dinamika pasar dan resesi ekonomi yang melanda berbagai negara termasuk Indonesia, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) telah terbukti tetap tangguh dan turut berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.

 

Layanan pesan-antar makanan online dari Gojek, GoFood, membagikan kisah perjuangan dan kegigihan dari pelaku UMKM kuliner di Solo, Jawa Tengah, yang mampu naik kelas bersama-sama serta memberikan efek domino terhadap lingkungan sekitarnya, berdasarkan keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.

 

1. Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr

 

Sering diburu masyarakat lokal hingga wisatawan, kelezatan Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr berasal dari resep mertua yang telah berjualan leker keliling di wilayah Gajahan sejak 1968. Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr yang didirikan pada 2012 dikelola oleh sang menantu Sulistyono yang menikahi anak terakhir Bapak Fathoni yakni Ibu Maya Afin Suryani.

 

Berbekal pengetahuan resep dari sang mertua, Tyo sukses mengembangkan Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr dan menjadikannya salah satu ikon kuliner khas Solo dengan menjajakan menu andalannya dari bazar kuliner di kampung hingga ke mal.

 

Mendapatkan antusiasme positif dari pengunjung mendorong Tyo untuk berani membuka gerai pertamanya di Solo Paragon Mall. Melihat antusiasme dan adanya permintaan pelanggan untuk menyediakan pesan-antar makanan, Tyo memutuskan bergabung dengan GoFood pada 2017.

 

2. Selat Viens

 

Selat Viens didirikan pada 2008 oleh pasangan suami istri Bapak Hariyadi dan Ibu Sri Sumarni dan menjadi salah satu restoran ikonik yang menyajikan berbagai hidangan dengan cita rasa khas Kota Solo. Mengusung konsep daily food (makanan sehari-hari), Selat Viens menawarkan pengalaman mudah bagi pelanggan yang ingin menikmati makanan khas Solo untuk sehari-hari dan kapanpun dengan harga terjangkau.

 

Setelah 8 tahun beroperasi, usaha Selat Viens dikelola oleh Serra Argo Rianda yang merupakan anak pertama Bapak Hariyadi dan Ibu Sri Sumarni. Serra, lelaki berusia 35 tahun asal Solo itu melakukan berbagai inovasi untuk membuat Selat Viens terus mengikuti tren dan menjadi kuliner andalan warga Solo, salah satunya dengan menanamkan sistem self-service (swalayan) di restoran supaya andai pelanggan dari kalangan anak muda dan pekerja kantoran dapat menikmati pesanannya dengan cepat.

 

3. Soto Seger Hj. Fatimah

 

Berdiri sejak 1998, restoran legendaris itu sebelumnya dikenal dengan nama Soto Seger Mbok Giyem Boyolali, dan berganti nama menjadi Soto Seger Hj. Fatimah pada 2016. Soto Seger Hj. Fatimah dikelola oleh Ibu Fatimah yang merupakan anak terakhir dari Mbok Giyem.

 

Kuliner soto khas Solo itu menawarkan menu pendamping yang variatif, mulai dari jenis sate hingga gorengan yang dapat dinikmati oleh para pelanggan.

Sejak berganti nama, anak pertama Ibu Fatimah, yakni Hero Novianto berjuang dengan gigih untuk membawa perubahan supaya andai nama baru Soto Seger Hj. Fatimah dapat dikenal secara luas, salah satu strateginya adalah meningkatkan visibilitas Soto Seger Hj. Fatimah dengan cara bergabung bersama GoFood pada 2020.

 

Di tengah makanan kekinian yang terus bermunculan di Kota Solo, Soto Seger Hj Fatimah berhasil mempertahankan kuliner tradisional khas Solo di 13 gerainya berkat kemudahan pengelolaan operasional restoran melalui aplikasi GoBiz. Hero dapat mengatur berbagai program promo GoFood yang menarik bagi para pelanggan melalui GoBiz sehingga Soto Seger Hj. Fatimah dapat lebih dinikmati pelanggan.

 

4. Cold ‘n Brew

 

Cold ‘n Brew berdiri pada awal 2016, saat belum banyak kedai kopi yang beroperasi di Kota Solo. Mengusung konsep house of ideas, Cold ‘n Brew menawarkan tempat semi co-working space untuk para pekerja kreatif seperti desainer, arsitek, dan mahasiswa yang butuh tempat yang nyaman untuk menggarap pekerjaan atau pun tugas.

 

Cold ‘n Brew juga bekerja sama dengan berbagai komunitas seperti komunitas lari, sepeda, crafting, hingga fotografi.

 

Saat pertama kali beroperasi, Cold ‘n Brew menemukan berbagai tantangan dalam mengembangkan usahanya, salah satunya warga Solo belum memiliki ketertarikan terhadap gerai kopi dan lebih memilih untuk menikmati makanan di angkringan. Saat itu, hampir 70 persen pelanggan mereka berasal dari luar kota Solo, seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang.

Dalam upaya menjangkau pelanggan yang lebih luas, Cold ‘n Brew memutuskan bergabung bersama GoFood pada 2017.

 

5. Dawet Telasih Yu Dermi

 

Berdiri sejak 1930, Dawet Telasih Yu Dermi merupakan salah satu kuliner legendaris di kota Solo yang hadir bersamaan dengan dibangunnya Pasar Gede Hardjonagoro.

 

Saat ini, Dawet Telasih Yu Dermi menjadi jajanan wajib para wisatawan ketika berkunjung ke Solo. Kesegaran minuman itu tidak perlu diragukan lagi karena semua bahan baku yang digunakan berasal dari bahan alami, baru, dan tanpa bahan pengawet.

 

Selain itu, Dawet Telasih Yu Dermi juga masih menjaga proses memasak tradisional dengan menggunakan dapur yang sama yang telah digunakan secara turun menurun seperti tungku dan alat-alat masak tradisional lainnya. Pada 2006, usaha kuliner Dawet Telasih Yu Dermi dijalankan oleh generasi ketiganya yakni Ibu Tulus Subekti atau yang kerap disapa Ibu Utik dan mulai sering berinovasi mengembangkan usahanya ke pelanggan yang lebih luas.

 

Meskipun usaha miliknya sudah banyak dikenal oleh masyarakat lokal, Ibu Utik ingin usaha keluarganya semakin dikenal dengan mengikuti bazar kuliner di mal hingga menyempurnakan kemasan bagi pelanggan yang tidak makan di tempat.

Ketika pandemi melanda, dia harus memutar otak untuk mempertahankan pendapatan hingga pada 2020, anak pertama ibu Utik, Yudit, menyarankan untuk bergabung dengan GoFood.

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA 2023


Source link

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button